1. TPU Jeruk Purut
Sejarah Hantu Jeruk Purut
Sejarah: Pada tahun 1986, seorang penjaga makam TPU Jeruk Purut yang sedang jaga malam melihat sesosok pastur tak berkepala melintas di antara makam.
Pastur itu menenteng kepalanya sendiri dan di belakangnya, ikut seekor Anj1ng. Konon, pastur ini “salah pulang”. Ia mencari-cari makamnya yang sebenarnya
berada di unit Kristen TPU Tanah Kusir, sedangkan di TPU Jeruk Purut hanya ada unit Islam. Sapri Saputra, penjaga makam yang melihat pastur kepala buntung itu,
hingga kini masih menjaga makam dan dianggap kuncen atau orang yang dituakan di TPU Jeruk Purut. Kesaksian Bapak Sapri ini kemudian menyebar luas
se-Jakarta dan hingga kini “Sang Pastur Kepala Buntung” menjadi legenda horor di Jeruk Purut. Konon, jika Anda ingin menemui pastur legendaris ini,
Anda harus datang pada malam Jumat dengan jumlah ganjil (sendiri atau bertiga).
Testimonial: Sejak kecil, Asmari (34), juniornya Bapak Sapri, telah terbiasa tinggal di areal pemakaman Jeruk Purut. Ayahnya adalah pegawai Pemda
yang bekerja di sana . Semenjak lulus SD (1986), Asmari menjadi pengurus makam non-karyawan TPU Jeruk Purut mengikuti jejak ayahnya.
Menurut Asmari, pengalaman bertemu dengan makhluk-makhluk gaib merupakan hal yang biasa baginya; mulai dari pocong, tuyul, kuntilanak, kuntilanak laki, dan
lain-lain. Akan tetapi, hingga saat ini dia belum pernah bertemu dengan Sang Pastur Kepala Buntung. “Yang paling jahil itu kuntilanak-laki,” tutur Asmari.
Ketika sedang ronda, Asmari pernah ditimpuki kerikil dari atas pohon melinjo oleh makhluk ini. Tapi, dari semua pengalaman Asmari bertemu dengan makhluk gaib,
yang paling menarik adalah ketika bertemu dengan tuyul. Pada suatu hari menjelang malam di tahun 1986, Asmari hendak pulang ke rumah bersama ayahnya.
Mereka melihat seorang anak kecil telanjang bulat berlarian di antara makam sambil tertawa-tawa. Anak itu lalu berteriak meminta uang pada Asmari.
Asmari heran karena anak itu tak dikenalnya, sementara ia mengenal semua penduduk di kampung belakang Jeruk Purut. Dulu memang hanya ada satu kampung
yang penduduknya tidak terlalu banyak. Ketika ditanya latar belakangnya, anak kecil mi malah lari ke dalam keramat, sebuah rumah makam tradisional Betawi.
Asmari mengikutinya hingga ke dalam keramat dan, bisa ditebak, anak itu menghilang
Sejarah Kecelakaan Mengerikan KA Bintaro 19 OKTOBER 1987
membahas mengenai Tragedi Kereta 19-10-1987, atau yang lebih dikenal sebagai Tragedi Bintaro yang terjadi pada tanggal 19 Oktober 1987 di Bintaro, Jakarta Selatan tepatnya di Lengkungan “S” sekitar 200 meter setelah Palang Pintu Pondokbetung dan 8 km sebelum Stasiun Sudimara. Berikut ini detik-detik yang menegangkan tersebut.
Tanggal 19 Oktober 1987 Pukul 06.45, akan menjadi detik-detik yang akan tercatat dalam Sejarah Perkeretapian Indonesia. KA 225 Jurusan Rangkasbitung-Jakartakota yang dipimpin oleh Masinis Slamet Suradio, Asisten Masinis Soleh serta Kondektur Syafei, berhenti di Jalur 3 Stasiun Sudimara dengan ± 700 penumpang dan ditarik oleh Lokomotif BB30316. Kereta tersebut bersilang dengan KA Cepat 220 Jurusan Tanah Abang-Merak yang dipimpin oleh Masinis Amung Sunarya dan Asisten Masinis Mujiono dengan ± 500 penumpang dan ditarik oleh Lokomotif BB30616, di Jalur 2 Stasiun Kebayoran Lama.
Di St. Sudimara sendiri, di Jalur 3 terdapat KA 1035 Indocement dan di Jalur 2 terdapat Gerbong Kosong Rusak. Menanggapi hal tersebut, Djamhari yang menjabat sebagai Kepala PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) St. Sudimara, memberitahukan persilangan di St. Kebayoran Lama. Namun Umriyadi, Kepala PPKA St. Kebayoran Lama menolak pemindahan persilangan KA dan tetap meminta persilangan dilakukan di St. Sudimara. Yang kemudian akhirnya persilangan dilakukan di St. Sudimara.
Lalu Djamhari mengosongkan Jalur 2 untuk menampung KA Cepat 220 yang telah diberangkatkan Pukul 06.50 atas izin PPKA St. Kebayoran Lama, dengan memindahkan KA 225 ke Jalur 1. Djamhari memerintahkan Juru Langsir untuk melangsir KA 225 ke Jalur 1. Kemudian untuk memberi peringatan kepada Masinis dan penumpang, Juru Langsir mengibaskan Bendera Merah menuju Lokomotif KA 225 dan meniup peluit Semboyan 46 tanpa membatalkan perintah persilangan yang “terlanjur” diberikan kepada Masinis KA 225.
Masinis KA 225 mendengar Semboyan 46 Juru Langsir tersebut, tetapi ia tak dapat memastikan apakah telah ditunjukkan Semboyan 40 atau tidak (karena kondisi Lokomotif yang penuh sesak). Kemudian ia menanyakan kepada penumpang yang berdiri di luar Lokomotif, dan dijawab telah waktunya untuk berangkat. Masinis pun membunyikan Semboyan 41, disusul Semboyan 35. Ia tidak menyadari bahwa belum diberikan Semboyan 40 oleh PPKA St. Sudimara. Dan celakanya, ia mengira itu adalah semboyan yang telah diberikan PPKA adalah untuk memberangkatkan KA (berdasar jawaban penumpang), padahal itu adalah semboyan 46 untuk melangsir KA.
Akhirnya pukul 07.00 KA 225 pun berangkat tanpa izin dari PPKA St. Sudimara menuju “tujuan yang tak akan pernah tercapai”. Kontan semua petugas St. Sudimara panik hebat, terutama Juru Langsir yang kemudian mengejar KA 225 dan berhasil naik di Gerbong paling belakang. Beberapa Petugas KA pun mengejar dengan Motor. Djamhari pun mengibas-ngibaskan Bendera Merah dan menaikturunkan Sinyal Palang KA yang menggerakkan Sinyal Masuk arah Kebayoran Lama. Tapi tak satupun terlihat oleh Masinis KA 225. Kemudian Djamhari pun mengejar KA 225 dan berteriak-teriak, “Tolong… Pasti Tabrakan…Tolong… Pasti Tabrakan!!” Namun tak satupun usahanya membuahkan hasil, dan ia kembali ke St. Sudimara dan menghubungi PPKA St. Kebayoran Lama agar mengusahakan KA Cepat 220 diberhentikan di Palang Pintu Pondokbetung.
Djamhari akhirnya mencoba usaha terakhirnya dengan membunyikan Semboyan Bahaya ke Bel Genta Perlintasan. Namun sialnya, Petugas Palang Pintu Pondokbetung tidak hafal Semboyan Genta dan menganggapnya sebagai Bel Genta Percobaan. Akibatnya fatal, KA Cepat 220 berjalan lurus melewati Palang Pintu Pondokbetung tanpa diberhentikan oleh Petugas Palang Pintu Pondokbetung.
200 meter kemudian, Malaikat Maut pun turun ke bumi. KA 225 telah 8 km meninggalkan St. Sudimara dan berjalan Half-Speed (45 km/h), dan KA Cepat 220 berjalan Low-Speed (25 km/h). Mereka bertemu di Lengkungan “S”. Masinis KA 225, Slamet Suradio terkejut melihat KA Cepat 220, dan berusaha mengerem KA. Secara teoritis, hal tersebut tak akan berhasil, karena KA pada kecepatan 50 km/h saja membutuhkan 400 meter untuk dapat berhenti dengan total.
Pukul 07.10 suara benturan sangat keras mengiringi saling bertabrakannya kedua KA. Masinis & Asisten KA Cepat 220 selamat, karena berjongkok di Lantai Lokomotif. Namun Masinis & Asisten KA 225 luka parah. Karena Massa yang sangat besar, mengakibatkan masing-masing Lokomotif seakan tertelan masing-masing Gerbong (Telescopic Effect). Berdasarkan informasi dari Harian Suara Pembaruan, 72 orang tewas seketika, 200 lebih tewas karena sekarat, 300 lebih luka-luka.
Tragedi ini sangat mengguncangkan Indonesia, terutama Jakarta. Dan dikategorikan sebagai Kecelakaan KA Terbesar se-Indonesia. Sebelumnya, tanggal 20 September 1968, kecelakaan serupa pernah pula terjadi di Desa Ratujaya, Depok (sekitar 1 km setelah St. Depok), antara Kereta Cepat dan Kereta Lambat, 116 orang tewas seketika dan 67 orang luka-luka.
Dan udah pernah difilmkan juga lho, cuma memang kurang terdengar gaungnya…
Kamus Kecil:
1.Semboyan 35: Ketika Masinis membunyikan Horn (Klakson) KA, sebagai Tanda KA akan diberangkatkan
2.Semboyan 40: Ketika Petugas Peron memberikan Sinyal Hijau kepada Kondektur KA, tanda jalur telah aman untuk dilalui
3. Semboyan 41: Ketika Kondektur membunyikan Peluit sebagai respon atas dimengertinya Semboyan 40 yang telah diberikan
4.Semboyan 46: Ketika Juru Langsir meniup peluit dan mengibaskan Bendera Merah, sebagai tanda kepada masinis dan penumpang bahwa KA akan segera dilangsir.
Sumber:
Harian Suara Pembaruan, 19 Oktober 1987
Catatan:
1.Lokomotif KA Cepat 220 adalah BB30616, namun dalam ilustrasi menggunakan BB30617
2.Lokomotif KA 225 adalah BB30316, namun dalam ilustrasi menggunakan BB30317
Fenomena: Sosok menyeberang jalan, di antaranya nenek-nenek bersama cucunya dan perempuan cantik.
Sejarah: Dibangun di atas tanah pekuburan, terowongan CasablancaCasablanca, ketika pembongkaran kuburan tersebut, bahkan ada 1 jenazah yang masih utuh. Dari terowongan Casablanca sampai kira-kira radius 40 meter sesudahnya, banyak terjadi kecelakaan yang penyebabnya tidak masuk akal.
Biasanya karena pengendara motor atau mobil melihat sesosok perempuan tiba-tiba menyeberang di hadapan kendaraannya, sehingga pengemudi kendaraan tiba-tiba banting setir dan menabrak pembatas jalan. Menurut warga, ada baiknya ketika melewati terowongan ini, pengemudi kendaraan membunyikan klakson untuk "menyapa" penghuni terowongan. Akhir tahun 90-an, seorang laki-laki separuh baya ada yang menggantung diri dengan spanduk di sini. Jadilah tempat ini semakin angker.
Testimonial: Menurut Ibu Yati Mustofa (43), warga yang tinggal di dekat terowongan Casablanca, warga kerap mendengar suara tangisan, ketika sumber bunyi dihampiri, suara itu berpindah-pindah.
Pada 1 Oktober 1965 telah terjadi penculikan dan pembunuhan enam orang jenderal dan seorang perwira pertama AD yang kemudian dimasukkan ke sebuah sumur tua di desa Lubang Buaya, Pondokgede oleh pasukan militer G30S. Pasukan ini berada di bawah pimpinan Letkol Untung, Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa, pasukan pengawal Presiden.
Pada 4 Oktober 1965, ketika dilakukan penggalian jenazah para jenderal di Lubang Buaya, Mayjen Suharto, Panglima Kostrad menyampaikan pidato yang disiarkan luas yang menyatakan bahwa para jenderal telah dianiaya sangat kejam dan biadab sebelum ditembak. Dikatakan olehnya bahwa hal itu terbukti dari bilur-bilur luka di seluruh tubuh para korban. Di samping itu Suharto juga menuduh, Lubang Buaya berada di kawasan PAU Halim Perdanakusuma, tempat latihan sukarelawan Pemuda Rakyat dan Gerwani. Perlu disebutkan bahwa Lubang Buaya terletak di wilayah milik Kodam Jaya. Di samping itu disiarkan secara luas foto-foto dan film jenazah yang telah rusak yang begitu mudah menimbulkan kepercayaan tentang penganiayaan biadab itu. Hal itu diliput oleh media massa yang telah dikuasai AD, yakni RRI dan TVRI serta koran milik AD Angkatan Bersendjata dan Berita Yudha. Sementara seluruh media massa lain dilarang terbit sejak 2 Oktober.
Jadi sudah pada 4 Oktober itu Suharto menuduh AURI, Pemuda Rakyat dan Gerwani bersangkutan dengan kejadian di Lubang Buaya. Selanjutnya telah dipersiapkan skenario yang telah digodok dalam badan intelijen militer untuk melakukan propaganda hitam terhadap PKI secara besar-besaran dan serentak. Dilukiskan terdapat kerjasama erat dan serasi antara Pemuda Rakyat dan Gerwani serta anggota ormas PKI lainnya dalam melakukan penyiksaan para jenderal dengan menyeret, menendang, memukul, mengepruk, meludahi, menghina, menusuk-nusuk dengan pisau, menoreh silet ke mukanya. Dan puncaknya kaum perempuan Gerwani itu dilukiskan sebagai telah kerasukan setan, menari-nari telanjang yang disebut tarian harum bunga, sambil menyanyikan lagu Genjer-genjer, lalu mecungkil mata korban, menyilet kemaluan mereka, dan memasukkan potongan kemaluan itu ke mulutnya….
Maaf pembaca, itu semua bukan lukisan saya tapi hal itu bisa kita baca dalam koran-koran Orba milik AD yang kemudian dikutip oleh media massa lain yang boleh terbit lagi pada 6 Oktober dengan catatan harus membebek sang penguasa serta buku-buku Orba. Lukisan itu pun bisa kita dapati dalam buku Soegiarso Soerojo, pendiri koran AB, yang diterbitkan sudah pada 1988, .Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai. Anda juga dapat menikmatinya dalam buku Arswendo Atmowiloto yang direstui oleh pihak AD, Pengkhianatan G30S/PKI, yang dipuji sebagai transkrip novel yang bagus dari film skenario Arifin C Noer dengan judul yang sama yang wajib ditonton oleh rakyat dan anak sekolah khususnya selama bertahun-tahun. Dan jangan lupa, fitnah ini diabadikan dalam diorama pada apa yang disebut Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya. Meski monumen ini berisi fitnah, tapi kelak jangan sampai dihancurkan, tambahkanlah satu plakat yang mudah dibaca khalayak: “Di sini berdiri monumen kebohongan perzinahan politik”, agar kita semua belajar bahwa pernah terjadi suatu rezim menghalalkan segala cara untuk menopang kekuasaannya dengan fitnah paling kotor dan keji pun. Penghormatan terhadap para jenderal yang dibunuh itu ditunggangi Suharto dengan fitnah demikian.
Fitnah hitam dongeng horor itu semua bertentangan dengan hasil visum et repertum tim dokter yang dilakukan atas perintah Jenderal Suharto sendiri yang diserahkan kepadanya pada 5 Oktober 1965, bahwa tidak ada tanda-tanda penyiksaan biadab, mata dan kemaluan korban dalam keadaan utuh. Laporan resmi tim dokter itu sama sekali diabaikan dan tak pernah diumumkan.
Kampanye hitam terhadap PKI terus-menerus dilakukan secara berkesinambungan selama bertahun-tahun tanpa jeda. Dalil intelijen menyatakan bahwa kebohongan yang terus-menerus disampaikan akhirnya dianggap sebagai kebenaran. Bahkan sampai dewasa ini pun, ketika informasi sudah dapat diperloleh secara bebas terbuka, fitnah itu masih dimamahbiak oleh sementara kalangan seperti buta informasi.
Apa tujuan kampanye hitam fitnah itu? Hal ini dimaksudkan untuk mematangkan situasi, membangkitkan emosi rakyat umumnya dan kaum agama khususnya menuju ke pembantaian massal para anggota PKI dan yang dituduh PKI sesuai dengan doktrin membasmi sampai ke akar-akarnya. Dengan gencarnya kampanye hitam itu, maka telah berkembang biak dengan berbagai peristiwa di daerah dengan kreatifitas dan imajinasi para penguasa setempat. Selama kurun waktu 1965-1966 jika di pekarangan rumah seseorang ada lubang, misalnya untuk dipersiapkan menanam sesuatu atau sumur tua tak terpakai, apalagi jika si pemilik dicurigai sebagai orang PKI, maka serta-merta ia dapat ditangkap, ditahan dan bahkan dibunuh dengan tuduhan telah mempersiapkan “lubang buaya” untuk mengubur jenderal, ulama atau dan tokoh-tokoh lawan politik PKI setempat. Dongeng tersebut masih dihidup-hidupkan sampai saat ini.
Segala macam dongeng fitnah busuk berupa temuan “lubang buaya” yang dipersiapkan PKI dan konco-konconya untuk mengubur lawan-lawan politiknya ini bertaburan di banyak berita koran 1965-1966 dan terekam juga dalam sejumlah buku termasuk buku yang ditulis Jenderal Nasution, yang dianggap sebagai peristiwa dan fakta sejarah, bahkan selalu dilengkapi dengan apa yang disebut “daftar maut” meskipun keduanya tak pernah dibuktikan sebagai kejadian sejarah maupun bukti di pengadilan.
Seorang petani bernama Slamet, anggota BTI yang tinggal di pelosok dusun di Jawa Tengah yang jauh dari jangkauan warta berita suatu kali mempersiapkan enam lubang untuk menanam pisang di pekarangannya. Suatu siang datang sejumlah polisi dan tentara dengan serombongan pemuda yang menggelandang dirinya ketika ia sedang menggali lubang keenam. Tuduhannya ia tertangkap basah sedang mempersiapkan lubang untuk mengubur Pak Lurah dan para pejabat setempat. Dalam interogasi terjadi percakapan seperti di bawah.
“Kamu sedang mempersiapkan lubang buaya untuk mengubur musuh-musuhmu!”
“Lho kulo niki bade nandur pisang, lubang boyo niku nopo to Pak?” [saya sedang hendak menanam pisang, lubang buaya itu apa Pak?]
“Lubang boyo iku yo lubange boyo sing ana boyone PKI!” [lubang buaya itu lubang yang ada buaya milik PKI]. Baik pesakitan yang bernama Slamet maupun polisi yang memeriksanya tidak tahu apa sebenarnya lubang buaya itu, mereka tidak tahu bahwa Lubang Buaya itu nama sebuah desa di Pondokgede, Jakarta.
Dikiranya di situ lubang yang benar-benar ada buayanya milik PKI. Ini bukan anekdot tetapi kenyataan pahit, si Slamet akhirnya tidak selamat alias dibunuh karena adanya “bukti telak” terhadap tuduhan tak terbantahkan.
Demikian rekaman yang saya sunting dari wawancara HD Haryo Sasongko dalam salah satu bukunya. (Dari berbagai sumber, petikan naskah belum terbit)
Rumah Hantu (1)
Berawal dari Pembunuhan Kejam?
Reporter : M. Rizal Maslan
detikcom - Jakarta, 1001 versi tentang rumah hantu Pondok Indah sudah menyebar di masyarakat. Bagi yang belum tahu, ada sebuah cerita yang oleh masyarakat setempat diyakini sebagai asal muasalnya munculnya makhluk gaib di rumah mewah itu. Begini ceritanya.
Pada tahun 1983, Rumah No. 83 itu dihuni oleh 7 orang warga negara asing. Saat itu, rumah mereka dirampok dan semua penghuni didapati tewas. Konon kabarnya, sampai kini para pelaku perampokan belum sempat ditemukan oleh polisi. Tujuh orang WNA itu, di antaranya masih anak-anak termasuk pembantunya.
Entah bagaimana ceritanya, setelah kejadian itu sering terjadi hal-hal yang di luar nalar manusia, kalau tidak bisa dibilang ganjil alias gaib. Pemilik rumah yang pertama (tidak jelas siapa yang punya dan tiba-tiba sebuah bank mengakui sebagai pemiliknya) menjual atau menyewakannya kepada WNA lain.
Ternyata, si penghuni baru itu juga sering diganggu mahluk halus dan tidak kerasan tinggal di situ. Diambilnya langkah untuk menjual kembali rumah itu. Sampai beberapa kali disewakan juga tidak ada yang pernah kuat lama tinggal di sana.
Menurut cerita Satpam yang lama bekerja di lingkungan sekitar rumah hantu itu. Beberapa orang pintar (paranormal) di Jawa Barat, sampai luar Jawa sempat didatangkan tapi tidak mampu menaklukkan apalagi mengusir penunggu rumah itu.
Menurut satpam itu, sebut saja Soeparto namanya, tujuh arwah (hantu) WNA itu tidak pernah mengganggu warga. Justru arwah atau hantu-hantu yang mampir ke tempat itu yang sering mengganggu dan memang terlihat lebih ganas.
Kata dia, hantu sama dengan manusia suka main-main ke tempat temannya sehingga rumah itu jadi semacam base camp. Nah, ketika para "tamu-tamu" hantu ini pulang ketempatnya masing-masing, entah di mana, sering mengganggu orang.
Soeparto bercerita beberapa kejadian aneh selama dia bekerja di lingkungan itu. Pernah katanya, temannya yang sedang membonceng istrinya hendak pulang pada pukul 24.00 WIB. Tiba-tiba ketika melewati rumah itu, menengok kebelakang, istrinya raib alias hilang. Itupun diketahuinya setelah jalan cukup jauh. Temannya itu balik lagi ke lokasi dan menemui istrinya sudah tidak sadarkan diri di depan pintu gerbang rumah itu.
Ada cerita lain lagi, saat itu dua orang pengendara mobil tiba-tiba mogok di dekat rumah hantu. Celingak kanan celinguk kiri untuk meminta bantuan, tiba-tiba di rumah itu keluar orang menolongnya dan mencoba memperbaiki mobil dan hidup lagi. Keesokan harinya dia dapati rumah itu ternyata kosong melompong dan warga bilang rumah itu ada hantunya.
Masih kata Soeparto, jika ada orang yang duduk-duduk di depan rumah itu, maka akan terdengar suara-suara aneh. Ada yang melempar batu, tapi batunya tidak ada. Belum lagi, tiba-tiba ada wanita lewat, membuat pengemudi kaget. Ada juga cerita tentang dua wanita yang tengah malam menyetop kendaraan. Tiba-tiba di dalam mobil wanita itu hilang dan hanya tersisa uang saja. Percaya atau tidak, itulah pengakuan sejumlah warga yang sejak 1983 tinggal atau bekerja di sekitar rumah hantu itu.
Menurut Soeparto juga, sejumlah tokoh agama di Pondok Pinang, Tanah Kusir waktu itu sempat mencoba menaklukkannya, tapi tidak berhasil.
Sumber detikcom, seorang bekas wartawan yang punya kemampuan supranatural mengaku pernah masuk ke rumah hantu itu. Dia membenarkan bahwa memang betul rumah itu banyak dihuni hantu, termasuk 7 WNA itu.
Sumber itu sempat berdialog mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Menurutnya, 7 hantu WNA itu malah tidak terlihat ganas karena hantu yang menakutkan justru hantu yang datang dari luar. "Aku sempat kewalahan dalam dialog dengan 7 hantu itu karena mereka penasaran atas pembunuhan yang dilakukan terhadap mereka," kata sumber itu.
Itulah sekilas dari banyak cerita soal rumah hantu itu. Sekali lagi jangan telan mentah-mentah cerita karena soal kebenarannya, tentu hanya Tuhan yang tahu.(zal,tis)
__________________________________________________ ___________
Berbagai Cerita soal Rumah Hantu (2)
Kemana Perginya Tukang Nasgor?
Reporter : M. Rizal Maslan
detikcom - Jakarta, Jikalau polisi membantah ada tukang nasi goreng yang hilang di rumah hantu Pondok Indah, warga setempat mayoritas berbeda pendapat. Mereka yakin tukang nasgor itu benar-benar hilang. Ditelan tanah?
Cerita soal hilangnya tukang nasi goreng itu sudah beredar luas di kawasan sekitar rumah hantu itu, Jl. Metro Pondok Indah No. 83 sejak Minggu (22/9/2002) malam. Menurut Rubai (bukan nama sebenarnya), karyawan yang tinggal di depan rumah hantu itu, pada Sabtu malam puluhan mahasiswa, kru sebuah stasiun televisi (ada tujuh orang) bersama pemiliknya menyewa paranormal dari Aceh dan Jabar untuk mengusir hantu. Namun upaya itu tidak membuahkan hasil.
Ramainya suasana di rumah hantu itu tentunya menarik perhatian para pedagang, termasuk tukang nasi goreng itu. Saat berjualan malam Minggu, dia sedang asyik meladeni pembeli. Tiba-tiba dicolek wanita dan meminta mengantarkan nasi goreng ke dalam rumah itu. Tukang nasi goreng itu menganggap wanita itu masih anggota rombongan yang baru meramaikan rumah hantu. Saat dia masuk ke rumah itu, dia tidak bisa kembali.
Sejak itu, muncul cerita yang menjadi perbincangan ramai di kawasan tempat tinggal elit itu. Namanya cerita misteri, mudah menyebar dari mulut ke mulut. Seorang satpam yang menjaga rumah di belakang rumah hantu itu mengaku melihat peristiwa ganjil pada Senin dinihari.
Pada pukul 03.00 WIB, dia melihat tanah di rumah hantu itu terbelah dan melihat ular sangat besar melilit tukang nasi goreng dan membawanya masuk ke dalam tanah. Setelah itu tanah itu rapat seperti semula.
Dia kaget dan segera turun, lantas keesokan harinya bercerita kepada sesama ekan kerja di kawasan itu. Cerita itulah yang menjadi tema di kawasan itu serta menyebar demikian cepat. Senin pagi itu juga, ini menurut cerita Rubai, beberapa pedagang nasi goreng di Jl. Bendi, Tanah Kusir mengaku mencari-cari kerabatnya yang tidak kunjung pulang.
Gerobak tukang nasi goreng yang hilang itu diamankan rekan-rekannya kemudian diambil polisi. Berkenaan dengan cerita ini, polisi sudah membantahnya dan menyatakan tidak pernah mengambil gerobak tukang nasi goreng.
Berbagai kisah misteri yang melingkupi rumah itu membuat harganya anjlok. Melihat hitungan sekarang, rumah dan tanah itu mungkin bernilai miliaran. Tetapi, oleh pemiliknya dijual hanya dengan harga Rp 50 ribu. detikcom, sempat bertemu dengan salah satu calon pembeli yang Senin malam ikut berkumpul bersama warga menyaksikan ramai-ramai di rumah hantu itu.
Calon pembeli ini mengaku seorang lulusan PTS ternama di Jakarta dan punya kemampuan supranatural. Dia memutuskan tidak jadi membeli rumah itu karena tidak lengkap surat-suratnya. "Buat apa dibayar kalau nanti saya kerepotan mengurus hak kepemilikannya," kata dia.
Kembali ke cerita tentang hilangnya tukang nasi goreng, polisi sudah mengeluarkan bantahannya. "Itu tidak benar. Rumah ini sudah lama kosong terkait dengan salah satu bank karena masalah ekonomi,” ujar Kapolsek Kebayoran Lama, Kompol Yaya Ahmudiarto kepada wartawan di Jl. Metro Pondok Indah 83A, Senin (23/9/2002) malam.
Jadi, lebih baik percayai saja pada sumber resmi sebelum Anda lebih dalam termakan desas-desus. Jadi siapa sebenarnya tukang gosipnya? Oh...seramm...!!
Pengen cari bandar yang aman dan terpercaya? Yuk Segera gabung di QQTIKTOK , disini menyediakan berbagai macam pilihan games dan pelayanan CS 24/7 fast respon .
BalasHapus-BOLA
-TOGEL
-SLOT
-POKER
-GAMES
PROMO QQTIKTOK:
- WELCOME CASHBACK 100%
- WELCOME BONUS 100%
- BONUS ESKTRA 200%
Silahkan bos kunjungi website kami di www.qqtiktok88.com
LINE : qqtiktok
WA : +6281220375956
TELEGRAM : +6282376452603